Jumat, 02 November 2012

Final Exam Theory Economic 1


Price Index and Inflation
Beras dan Jagung

Oleh
SMAK 05

Hapsari Widayani (23211213)
J.Asfirotun (27211827)
Siti Iqlima Zeinia (26211808)




Price Index and Inflation
Beras dan Jagung

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu), akibat tidak seimbangnya arus barang dan arus uang. Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.

Inflasi juga dapat diartikan naiknya harga-harga barang secara keseluruhan. Pada intinya inflasi adalah kenaikan harga semua barang yang mengakibatkan nilai uang menjadi rendah Sebagai contoh, kenaikkan harga minyak, biasanya selalu diikuti kenaikkan harga barang-barang lainnya. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

PDB deflator atau GDP deflator mengukur perubahan harga sama dengan CPI, namun pada PDB deflator, setiap tahunya akan mengalami perubahan pada kuantitas barang yang diproduksi. Sedangkan CPI mematok atau memberi standar pada barang yang dihitung sehingga jumlah barang setiap tahunya sama.



 A.              Inflasi Beras di Indonesia Tahun 1998 – 2005




Analisis :

Dari data di atas dapat di ketahui bahwa bertambahnya tahun akan menyebabkan jumlah permintaan beras meningkat, ini di pengaruhi oleh faktor – faktor ekonomi antara lain pertumbuhan penduduk Indonesia yang sepanjang tahun selalu mengalami peningkatan, pendapatan penduduk yang juga semakin besar karena nilai mata uang  berubah semakin tinggi dari tahun ke tahun. Beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia, setiap hari rata – rata orang memakan nasi. Dengan demikian permintaan beras sepanjang tahun tidak akan mengalami penurunan.  Hal ini juga diikuti dengan tingkat harga yang semakin mahal, produsen berusaha meningkatkan penawaran nya guna memaksimalkan surplus produsen.

Kesimpulan

Terlihat di dalam tabel dan grafik CPI dan GDP deflatornya masih normal, berarti tidak mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Di dalam tabel inflasi tertinggi mencapai 27% pertahun, ini membuktikan bahwa Inflasi beras di Negara Indonesia termasuk jenis inflasi sedang. Inflasi ini akan mengakibatkan kenaikan harga pada beras, yang kemudian berpengaruh pada pengeluaran pemerintah karena semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin besar subsidi yang di berikan oleh pemerintah. Ini juga akan mempengaruhi tingkat pajak. Penghasilan pemerintah terbesar adalah pajak. Semakin tinggi tingkat pajak maka devisa pemerintah semakin besar. Kemudian devisa tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, stabilitas ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

B.              Inflasi Jagung di Indonesia Tahun 1996- 2003





Analisis

Tabel diatas menjelaskan tentang perkembangan inflasi harga dan kuantitas (konsumsi)  jagung di Indonesia tahun 1996 – 2003. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa harga dan kuantitas jagung mengalami fluktuasi yang sangat signifikan. Terlihat dari kenaikan yang cukup drastis pada tahun 1999 ke tahun 2000. Hal ini disebabkan kenaikan permintaan (kuantitas) jagung yang diminta.  Sedangkan pada tahun 2000 ke tahun 2001 terjadi penurunan yang cukup drastic dari 75% ke 21%. Ini terjadi karena permintaan akan kuantitas jagung berkurang. Selain permintaan (kuantitas), harga juga cukup berpengaruh terhadap kenaikan dan penurunan inflasi tersebut.

Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa kenaikan dan penuruna inflasi harga dan kuantitas produksi jagung di Indonesia yang terjadi pada tahun 1999 -2001 ini disebabkan karena faktor harga dan kuantitas barang itu sendiri. Bila harga dan kuantitas naik maka akan terjadi kenaikan inflasi dan sebaliknya bila terjadi penurunan maka akan berakibat terjadi penuruan terhadap tingkat inflasinya. Adakalanya tingkat inflasi rendah yaitu mencapai dibawah 2 % dan adakalanya tingkat inflasi tinggi sekali hingga 100 %.  Dan bila sudah sampai tingkat hyperinflation maka akan berdampak serius terhadap perekonomian di Indonesia.



Sources :









Tidak ada komentar:

Posting Komentar